Pakan1. Biasanya, para peternak akan meramu pakan yang terdiri dari : Vitamin C serta B Complex. Ayam broiller atau ikan tadi dibersihkan dan hanya diambil dagingnya. Tulang, jeroan serta kulit dibuang. Selanjutnya bahan-bahan itu digiling menggunakan gilingan daging manual. Hasilnya berupa adonan yang liat.
Andajuga bisa menambahkan tanaman air seperti eceng gondok atau talas ke dalam kolam. Dengan begitu, kolam akan menjadi teduh dan dapat menyerap racun dalam kolam. Anda dapat menggunakan penghalang agar tidak ada hewan liar yang masuk ke dalam kolam. Untuk menghindari penyakit, Anda dapat memberikan obat-obatan yang tersedia di toko
Demikianlahcara mendapatkan serat dari batang pisang dan pelepah pisang dengan mudah. H. Pengolahan Batang, Daun, Bonggol Pisang Menjadi Pakan Ternak Fermentasi. Limbah pohon pisang berupa daun, batang, dan bonggol dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak fermentasi. pengolahan pakan fermentasi berbahan limbah pisang sangat
Hargapembelian sarana produksi diperhitungkan adanya kenaikan sebesar 5 % pertahun. 4. Kerjasama produksi mulai dari petani, perajin, pengepul, industri kecil dan eksportir setidaknya bisa dipertahankan seperti saat ini. 5. Tidak ada gangguan terhadap kegiatan produksi yang disebabkan adanya kerusuhan, demonstrasi.
Prosesproduksi kerajinan dari bahan serat menggunakan beberapa teknik-teknik. Adapun teknik dasar dalam keterampilan kerajinan tekstil terdiri dari teknik menenun, menjahit, mengikat. Pembuatan produk dari kerajinan perlu memahami seperti apa karya yang berkualitas. Proses pembuatannya harus mengacu pada persyaratan.
Bauapek cukup tidak sedap, maka dalam artikel oneHOWTO kali ini kita akan menemukan cara menghilangkan bau apek dari sepatu Anda dengan obat-obatan buatan sendiri yang terbaik. Baca Lebih Lanjut Rumah
1HaxyW. 23. Rantai makanan Ganggang hijau β ikan mujair β ikan lele ββ ular β elang. Ikan mujair dan ular berperan sebagai ..... a. konsumen I dan konsumen V β¦ konsumen II dan konsumen IV c. konsumen II dan konsumen V d. konsumen I dan konsumen IV 24. Perhatikan gambar berikut! Apabila semua tikus pada jaring-jaring makanan di atas mengalami kematian akibat dibasmi oleh petani, yang terjadi adalah.... a. populasi ular dan belalang meningkat b. populasi jagung dan burung kecil menurun populasi ular dan kucing menurun populasi kucing dan elang meningkat 25. Interaksi berikut yang termasuk contoh simbiosis komensalisme adalah **- tali putri dengan tanaman inangnya b. pohon anggrek dengan pohon inangnya c. burung gagak pada punggung sapi d. bunga bangkai dengan pohon inangnya 26. Pada tanaman beluntas terdapat tumbuhan tali putri. Pola interaksi yang terjadi antara tanaman beluntas dengan tali putri adalah.... saling menguntungkan b. satu untung dan yang lain rugi c. bersaing pada suatu daerah d. satu untung dan yang lain tidak dirugikan ****. 28. Salah satu tumbuhan endemik yang ada di Papua adalah a. Calamus caesius b. Tectona grandis c. Swietenia mahagoni Pometia pinnata a. spesies b. ordo 27. Cermati nama Latin dari beberapa jenis tumbuhan berikut! 1 Citrus maxima jeruk bali 2 Citrus nobilis jeruk keprok 3 Citrus aurantifolia jeruk nipis Ketiga tumbuhan tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman hayati dalam tingkat .... c., familia X genus 29. Perhatikan ciri-ciri tumbuhan berikut! 1 Banyak hewan berkantung. 2 Mamalia berukuran kecil. 3 Terdapat berbagai macam kera. 4 Jenis burung berwarna indah dan beragam. Berdasarkan ciri-ciri di atas, keunikan hewan-hewan yang termasuk tipe oriental [HOTS] ditunjukkan oleh nomor ..... a. 1 dan 2 b. 1 dan 3 X 2 dan 3 d. 2 dan 4 30. Berikut hewan endemik yang berasal dari Sulawesi dan Nusa Tenggara adalah. tarsius dan anoa b. kanguru dan merak c. burung cendrawasih dan harimau d. badak dan orang utan 31. Badak bercula satu merupakan hewan endemik di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Cara pelestarian hewan tersebut agar tetap lestari adalah.... [HOTS] a. memindahkan badak bercula satu ke kebun binatang secara besar- besaran Xmenjaga kelestarian kawasan tempat tinggalnya agar menjadi habitat yang aman bagi badak bercula satu c. menjual anakan badak bercula satu dengan harga mahal d. memusnahkan hewan lain agar badak bercula satu dapat berkembang lebih leluasa 32. Penggunaan pestisida yang berlebihan tidak baik untuk keanekaragaman hayati, sebab .... a. menurunkan biodiversitas b. menambah variasi X memusnahkan biogeokimia d. mempertahankan keanekaragaman hayatiβ
Supaya tidak busuk, maka serat Eceng gondok harus melalui tahap YANG JADI JAWABAN TERCERDAS SIAPA YA? Jawaban Membantu Jawabanjawabannya B. pengeringan
Eceng gondok merupakan gulma air yang tumbuh pesat di perairan. Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi dan karakteristik serat selulosa dari eceng gondok. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan jenis pelarut yang efektif untuk mengekstrak serat selulosa dari tanaman eceng gondok sehingga didapat konversi serat yang batang eceng gondok yang kaya akan selulosa, hemiselulosa dan lignin berpotensi untuk dijadikan bahan dasar pembuatan carbon nanodots C-Dots dan kepentingan lainnya. Untuk dijadikan bahan baku C-Dots harus dilakukan pemisahan hemiselulosa dan lignin-nya karena akan berpengaruh pada proses karbonisasi, sehingga perlu dilakukan pretreatment untuk mendapatkan serat selulosa murni. Proses ekstraksi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan serat selulosa ekstraksi dilakukan melalui dua tahap proses yaitu proses delignifikasi menggunakan NaOH 4% dan tahap bleaching dengan memvariasikan beberapa jenis pelarut dengan konsentrasi yang seragam, dalam penelitian ini digunakan NaClO2, H2O2 dan HCl masing-masing 3%. Selulosa yang diperoleh dikarakteristik menggunakan FTIR dan HPLC sehingga diperoleh gugus fungsi dan jumlah lignin yang terdapat dalam terbaik ditinjau dari berat selulosa yang dihasilkan dan analisis FTIR dan HPLC adalah NaOH 4% NaClO2 3%.Berat selulosa yang dihasilkan lebih banyak dari kedua variasi pelarut FTIR tidak mendeteksi adanya gugus fungsi senyawa lignin pada HPLC diperoleh selulosa lebih murni dari kedua variasi yaitu sebesar 77,6%. Hal ini menunjukkan bahwa produk selulosa yang dihasilkan dari proses ekstraksi dengan pelarut tersebut efektif serta memiliki kemurnian yang tinggi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SERAT SELULOSA DARI TANAMAN ECENG GONDOK Eichornia crassipes Endang Kusumawati 1,*, Haryadi1 1Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, Jalan Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung Barat *E-mail ABSTRAK Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan air mengapung yang pertumbuhannya cepat sehingga populasinya sulit untuk dikendalikan dan menyebabkan masalah lingkungan. Di sisi lain tumbuhan ini mengandung lignoselulosa yang terdiri dari 72,63% selulosa, 8% hemiselulosa dan 17 % lignin. Kandungan selulosa yang tinggi menyebabkan batang tanaman ini berpotensi dijadikan bahan baku untuk pembuatan carbon nanodots C-Dots. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan jenis pelarut yang efektif untuk mengekstrak serat selulosa dari batang tanaman eceng gondok sehingga didapat konversi serat yang optimum. Agar eceng gondok bisa dijadikan bahan baku C-Dots, harus dilakukan pemisahan hemiselulosa dan ligninnya karena akan berpengaruh pada proses karbonisasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pretreatment untuk mendapatkan serat selulosa murni salah satunya yaitu ekstraksi. Proses ini dilakukan melalui dua tahap yaitu proses delignifikasi menggunakan NaOH 4% dan proses bleaching dengan memvariasikan jenis pelarut yaitu NaClO2, H2O2 dan HCl pada konsentrasi 3%. Selulosa yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan FTIR dan HPLC. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelarut NaOH 4% dan NaClO2 3% mempunyai berat selulosa yang lebih banyak dibandingkan kedua variasi pelarut lainnya. Hasil analisis FTIR tidak mendeteksi adanya gugus fungsi senyawa lignin pada selulosa, sedangkan hasil analisis HPLC diperoleh selulosa sebesar 77,6%. Hal ini menunjukkan bahwa produk selulosa yang dihasilkan dari proses ekstraksi dengan pelarut tersebut efektif serta memiliki kemurnian yang tinggi. Kata kunci Ektraksi, delignifikasi, bleaching, eceng gondok. ABSTRACT Eceng gondok is one of floating aquatic plant that grows fast so its population is difficult to control, this causes environmental problems. On the other hand, this plant species contains lignocellulose which consists of cellulose, 8% hemicellulose and 17% lignin. The high cellulose content causes the stems of this plant to have the potential to be used as raw material for the manufacture of carbon nanodots C-Dots. The purpose of this study was to obtain an effective type of solvent to extract cellulose fibers from the stems of the Eceng gondok plant in order to obtain optimum fiber conversion. Furthermore, to be used as raw material for C-Dots, the hemicellulose and lignin must be separated because it will affect the carbonization process. Therefore, it is necessary to do pretreatment to obtain pure cellulose fiber, one of which is extraction. This process is carried out in two stages, namely the delignification process using 4% NaOH and the bleaching process by varying several types of solvents such as NaClO2, H2O2 and HCl at concentration of 3% v/v. The cellulose obtained was characterized using FTIR and HPLC. The results of analysis showed that the solvent NaOH 4% and NaClO2 3% had more cellulose weight than the other two variations of solvents. The results of the FTIR analysis did not detect any functional groups of lignin compounds in cellulose, while the results of the HPLC analysis obtained cellulose. This indicates that the cellulose product produced from the extraction process with the solvent is effective and has high purity. Keywords Extraction, delignification, bleaching, water hyacinth 1 Jurnal Fluida Volume 14, No. 1, Mei 2021, Hlm. 1-7 PENDAHULUAN Eceng gondok Eichhornia crassipes adalah tanaman gulma terapung di wilayah perairan tenang. Eceng gondok mengandung protein lebih dari 11,5% dan mengandung selulosa yang lebih tinggi dari non- selulosanya seperti lignin, abu, lemak dan zat-zat lain. Ahmed 2012 menjelaskan bahwa komponen serat yang terdapat pada eceng gondok terdiri dari 72,63% selulosa, 8% hemiselulosa dan 17% lignin. Kandungan selulosa yang cukup tinggi pada eceng gondok tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan diantaranya adalah sebagai bahan baku pembuatan carbon nanodots C-Dots yang dapat dilakukan dengan proses karbonisasi. Namun demikian terdapat kendala dalam pembuatan C-Dots berbahan baku eceng gondok, yaitu adanya kandungan hemiselulosa dan lignin yang akan berpengaruh dalam proses karbonisasi. Pada penelitian ini dilakukan pemurnian serat terhadap bahan baku eceng gondok agar didapatkan serat murni yang bebas dari hemiselulosa dan ligninnya. Selanjutnya, Serat selulosa dapat diperoleh dengan cara mengekstrak selulosa dari batang tanaman eceng gondok menggunakan pelarut kimia agar selulosa keluar dari dinding sel Perez, 2002. Proses pemurnian dapat dilakukan dengan cara ekstraksi yang meliputi proses delignifikasi menggunakan NaOH 4% untuk memisahkan hemiselulosa dan lignin. Kemudian dilakukan proses bleaching menggunakan pelarut tertentu yang bertujuan untuk mendegradasi rantai lignin yang panjang menjadi rantai- rantai yang pendek sehingga lignindapat larut pada saat pencucian dalam air atau alkali Fengel,1995. Pada penelitian ini dilakukan variasi jenis pelarut yaitu hydrogen peroksida H2O2, sodium chlorite NaClO2 dan hydrocloric acid HCl dengan konsentrasi yang seragam untuk mendapatkan pelarut yang efektif. Analisis kandungan serat selulosa yang telah dibuat ditentukan melalui uji karakterisasi menggunakan High Pressure Liquid Chromatogaphy HPLC, sedangkan untuk memperoleh hasil lignin dan hemiselulosa yang terlarut dalam larutan alkali menggunakan Fourier Transform Infrared FTIR sehingga diperoleh gugus fungsi pada selulosa. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan jenis pelarut yang efektif untuk mengekstraksi serat selulosa dari tanaman batang eceng gondok sehingga didapat konversi serat yang optimum. METODE Metode penelitian yang digunakan pada pembuatan serat selulosa murni merupakan metode eksperimen secara kimia yang terdiri dari dua tahap yang berkesinambungan yaitu proses delignifikasi menggunakan NaOH dan proses bleaching menggunakan variasi pelarut NaClO2, H2O2 dan HCl, Selanjutnya, diuji karakteristik menggunakan FTIR dan HPLC. Pada penelitian ini digunakan 40 gram batang eceng gondok untuk satu kali proses. Eceng gondok sebelum digunakan dicacah menjadi 1- 3 mm menggunakan pisau dan blender dan selanjutnya dikeringkan didalam oven pada temperatur 105 oC selama 2 jam. Kemudian dilakukan proses ekstraksi untuk mendapatkan serat selulosa Endang Kusumawati, Ekstraksi dan Karakterisasi Serat Selulosa dari Tanaman Eceng Gondok Eichornia crassipes murni. Proses ekstraksi melibatkan dua tahap proses yaitu proses delignifikasi menggunakan NaOH 4% dengan lama pemanasan 2 jam pada temperatur 700C sampai 80oC. Sedangkan untuk proses bleaching menggunakan variasi pelarut NaClO2 3% w/v, H2O2 3% w/v dan HCl 3% w/v dipanaskan pada temperatur 700C sampai 80oC selama 3 jam. Selanjutnya disaring menggunakan corong buchner dan residu dikeringkan di dalam oven pada temperatur105oC selama 2 jam. Proses ekstraksi dilakukan dua kali hingga warna selulosa menjadi putih. Selanjutnya, selulosa kering dianalisis menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi yang ada pada semua sampel. Filtrat proses ekstraksi dianalisis menggunakan HPLC untuk mengetahui jumlah lignin dan hemiselulosa yang terlarut dalam larutan alkali. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Selulosa Menggunakan Larutan NaOH 4% dan NaClO2 3% Larutan alkali encer yang digunakan adalah larutan NaOH 4% untuk proses delignifikasi dan larutan NaClO2 3% untuk proses bleaching. Proses ekstraksi selulosa akan menghasilkan lignin yang mengendap pada dasar larutan dan residu berupa selulosa yang lunak dan berwarna putih. NaClO2 merupakan zat pemutih oksidator yang berfungsi untuk mendegradasi dan menghilangkan zat penyebab warna coklat yang ditimbulkan oleh lignin Rizky, 2012. Filtrat proses ekstraksi menggunakan larutan NaOH 4% dan NaClO2 3% diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1. Filtrat Ekstraksi dengan Larutan NaOH 4% dan NaClO2 3% Dari Gambar 1 terlihat bahwa larutan NaOH 4% menjadi berwarna hitam yang menunjukkan adanya lignin yang telah terpisahkan dari selulosa dan terlarut dalam larutan NaOH. Untuk memperoleh selulosa dengan kemurnian yang tinggi, maka proses ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. Setelah dilakukan proses sebanyak dua kali, maka warna filtrat semakin bening. Hal ini menunjukkan bahwa lignin yang terkandung dalam jumlah sedikit berhasil dipisahkan dari selulosanya. Adapun reaksi bleaching menggunakan larutan NaClO2 3% adalah sebagai berikut 5ClO2- + 4H+β 4ClO2 + Cl- + 2H2O 4ClO2- + 2H+β 2ClO2 + Cl- + ClO3- + H2O Residu dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada temperatur 1000C. Akhirnya Proses pengeringan menghasilkan selulosa berwarna putih yang menunjukkan bahwa diperolehnya selulosa dari proses ekstraksi yang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Residu dengan Pelarut NaOH 4% dan NaClO2 3% Jurnal Fluida Volume 14, No. 1, Mei 2021, Hlm. 1-7 Gambar 2 memperlihatkan bahwa residu yang dihasilkan berwarna putih yang menunjukkan residu tersebut merupakan selulosa. Selulosa yang dihasilkan dari proses ekstraksi sebesar 23,05% dari batang eceng gondok kering. Nilai persentase yang masih rendah disebabkan sebagian besar selulosa ada yang terlarut di dalam larutan ekstraksi. Residu yang dihasilkan selanjutnya dianalisis menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung didalamnya. Hasil Spektrum analisis FTIR dan gugus fungsi yang dihasilkan diperlihatkan pada Gambar 3 dan Tabel 1. Gambar 3. Spektrum Analisis FTIR Residu dengan NaOH 4% dan NaClO2 3% Tabel 1. Gugus Fungsi Residu Variasi Pelarut NaOH 4% dan NaClO2 % Berdasarkan Tabel 1, didapatkan adanya puncak pada 2912,51 cm-1 dan 3414cm-1 yang menunjukkan peregangan ikatan C-H dan O-H. Puncak-puncak tersebut terjadi karena peregangan ikatan hidrogen dan pembengkokan dari grup hidroksil OH pada struktur selulosa. Ikatan hidrogen tersebut terbentuk antara atom hidrogen dari suatu kelompok hidroksil dari suatu monomer glukosa dan atom oksigen dari gugus hidroksil monomer glukosa yang lain dalam rantai polimer paralel selulosa. Paulien 2010 menjelaskan bahwa ikatan hidrogen dapat menyebabkan terjadinya pembentukan serat selulosa. Ekstraksi Selulosa Menggunakan Larutan NaOH 4% dan H2O2 3% Filtrat proses ekstraksi menggunakan larutan NaOH 4% dan H2O2 3% diperlihatkan pada Gambar 4. Gambar 4. Filtrat Ekstraksi dengan Larutan NaOH 4% dan H2O2 3% Dari Gambar 4 terlihat bahwa larutan NaOH 4% menjadi berwarna hitam yang menunjukkan adanya lignin yang berhasil dipisahkan dari selulosa dan terlarut dalam larutan NaOH. Taherzadeh 2007 menjelaskan bahwa struktur kimia lignin mengalami perubahan pada temperatur tinggi yang mengakibatkan struktur lignin terpecah menjadi partikel yang lebih kecil dan terlepas dari selulosa. Setelah dilakukan proses bleaching menggunakan H2O2 3%, warna filtrat berubah menjadi kuning keemasan yang menunjukkan sisa-sisa lignin yang terlarut di dalam larutan Sinaga, 2008. Reaksi dekomposisi H2O2 ketika digunakan sebagai larutan bleaching Fitho,2012 adalah H2O2aq οβ H+ + HOO- H2O2aq + HOO-β HO-+ O2- + H2Ol Endang Kusumawati, Ekstraksi dan Karakterisasi Serat Selulosa dari Tanaman Eceng Gondok Eichornia crassipes Selanjutnya, residu yang diperoleh dikeringkan didalam oven selama 1 jam pada temperatur 1000C. Proses pengeringan menghasilkan selulosa berwarna putih yang menunjukan bahwa diperolehnya selulosa dari proses ekstraksi yang disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Residu dengan Pelarut NaOH 4% dan H2O2 3% Tekstur residu yang dihasilkan berbeda dengan tekstur residu pada variasi pelarut NaOH 4% dan NaClO2 3%. Residu yang dihasilkan memiliki tekstur halus. Hal ini menunjukkan bahwa lignin yang terkandung telah berhasil didegradasi. Selulosa yang dihasilkan dari proses ekstraksi sebesar 20,06% dari batang eceng gondok kering. Selanjutnya, residu yang dihasilkan dianalisis menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung. Hasil Spektrum analisis FTIR dan gugus fungsi yang dihasilkan diperlihatkan pada Gambar 6 dan Tabel 1. Gambar 6. Spektrum Analisis FTIR Residu Variasi NaOH 4% dan H2O2 3% Tabel 2. Gugus Fungsi Residu Variasi Pelarut NaOH 4% dan H2O2 % Berdasarkan Tabel 2, didapatkan adanya puncak pada 2912,51 cm-1 dan 3390,66 cm-1 yang menunjukkan peregangan ikatan C-H dan O-H. Selain itu hasil analisis menunjukkan adanya daerah puncak pada 1436,04 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus fungsi C- O-C aril-alkil-eter yang termasuk ke dalam gugus fungsi polimer lignin. Hal ini menunjukan bahwa proses pre- treatment yang dilakukan menggunakan variasi pelarut NaOH 4% dan H2O2 3% tidak menghilangkan lignin yang terdapat pada selulosa. Ekstraksi Selulosa Menggunakan Larutan NaOH 4% dan HCl 3% Proses ekstraksi selulosa dengan pelarut NaOH 4% dan HCl 3% dilakukan dengan kondisi operasi yang sama dengan variasi pelarut sebelumnya. HCl berpotensi untuk memisahkan lignin dari selulosa yang terkandung karena memiliki reaktifitas yang tinggi. Filtrat proses ekstraksi menggunakan larutan NaOH 4% dan HCl 3% disajikan pada Gambar 7. Jurnal Fluida Volume 14, No. 1, Mei 2021, Hlm. 1-7 Gambar 7. Filtrat Ekstraksi dengan Larutan NaOH 4% dan HCl 3% Dari Gambar 7, terlihat bahwa larutan NaOH 4% menjadi berwarna hitam yang menunjukkan adanya lignin yang berhasil dipisahkan dari selulosa. Namun demikian, setelah dilakukan proses delignifikasi yang kedua, larutan NaOH tetap berwarna hitam. Hal ini menunjukkan bahwa proses bleaching menggunakan larutan HCl 3% tidak berhasil dilakukan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena timbulnya H3O+ dan Clβ dari dekomposisi HCl dalam air pada temperatur tinggi dengan reaksi sebagai berikut HCl + H2O β H3O+ + Clβ Zat-zat ini berpotensi untuk memisahkan lignin, namun merusak selulosa yang dihasilkan Paulien,2010. Kerusakan selulosa ditunjukkan dengan warna cokelat kehitaman pada residu dengan indikasi bahwa kandungan terbanyak pada residu merupakan lignin. Residu yang dihasilkan ditujukan pada Gambar berikut Gambar 8. Residu dengan Pelarut NaOH 4% dan HCl 3% Dari Gambar 8, terlihat bahwa residu berwarna cokelat kehitaman. Selain itu, berat residu kering yang dihasilkan sebesar 12,56% dengan tekstur sangat keras. Hal ini disebabkan karena akumulasi senyawa lignin yang terpisahkan dari selulosa. Selanjutnya, residu yang dihasilkan dianalisis menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung didalamnya. Hasil Spektrum analisis FTIR dan gugus fungsi yang dihasilkan diperlihatkan pada Gambar 9 dan Tabel 3. Gambar 9. Spektrum Analisis FTIR Residu dengan NaOH 4% dan HCl 3% Tabel 3. Gugus Fungsi Residu Variasi Pelarut NaOH 4% dan HCl 3% Berdasarkan Tabel 3, didapatkan adanya puncak pada 2902,87cm-1 dan 3427,51cm-1 yang menunjukkan peregangan ikatan C-H dan O-H. Puncak-puncak tersebut timbul karena peregangan ikatan hidrogen dan pembengkokan dari grup hidroksil OH pada struktur selulosa yang dihasilkan. Hasil analisis menunjukkan adanya daerah puncak pada 1431,18 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus fungsi C- O-C aril-alkil-eter yang termasuk ke dalam gugus fungsi polimer lignin. Hal ini menunjukkan bahwa proses Endang Kusumawati, Ekstraksi dan Karakterisasi Serat Selulosa dari Tanaman Eceng Gondok Eichornia crassipes ekstraksi selulosa menggunakan variasi pelarut NaOH 4% dan HC l3% kurang efektif untuk menghilangkan lignin. Selain itu, terdapat daerah puncak 706,96 cm-1 aril-alkil-eter dengan intensitas sangat kuat. Hal ini menunjukkan adanya akumulasi senyawa lignin yang menyebabkan residu yang dihasilkan sangat keras dan berwarna cokelat kehitaman. Persen berat selulosa dan lignin yang dihasilkan berdasarkan kepada hasil analisis HPLC diperlihatkan pada Gambar 10. Gambar 10. Hasil Analisis HPLC Gambar 10 memperlihatkan bahwa berat selulosa tertinggi dan berat ligin hemisesulosa terendah terjadi pada residu dengan variasi NaOH 4% dan NaClO2 3%. Terlihat pada Gambar 10 bahwa berat selulosa tertinggi sebesar 77,60%. Sedangkan berat hemiselulosa dan ligin berturut turut sebesar 8% dan 9,3%. Hal ini memperlihatkan bahwa selulosa berhasil diekstrak dan dipisahkan dari hemiselulosa dan lignin dengan baik. Dengan demikian NaOH 4% dan NaClO2 3% merupakan pelarut yang efektif digunakan untuk memurnikan selulosa dengan melepaskan zat-zat pada batang eceng gondok dari selulosanya. SIMPULAN Jenis pelarut yang efektif untuk mengekstrak serat selulosa dari tanaman eceng gondok adalah pelarut NaOH 4% dan NaClO2 3% dengan persen selulosa yang dapat diekstrak sebesar 77,60%. DAFTAR RUJUKAN Ahmed, A. F., Moahmed A, Abdel Naby. 2012. Pretreatment and enzymic saccharification of water hyacinth cellulose. Carbohydrate Polymers. Fengel, Universitas Gajahmada,Yogyakarta Filho C and Ulrich H. 2012. Hydrogen Peroxide in Chemical Pulp Bleaching. Iberoamerican Congress on Pulp and Paper Research Brasil Greschik, T. 2008.Treatment of State Application B1. 18 Mei 2006 Paulien dkk, 2010. Literature Review of Physical and Chemical Pretreatment Processes for Lignocellulosic Biomass. Wageningen UR Food and Biobased Research. Rizky. D. H. 2012. Ekstraksi serat selulosa dari tanaman eceng gondok dengan variasi pelarut., Universitas Indonesia, Depok. Sinaga, 2008 Pengaruh Penambahan Hydrogen Peroksida Pada Stage Ekstraksi Terhadap Brightness Pulp, Universitas Sumatra Medan Taherzadeh, M. J. a. K, K. 2007. Acid- Based Hydrolysis Processes for Ethanol from Lignocellulosic Materials., A Review. Bioresources, 23, 472-499. ... Serbuk eceng gondok yang telah dihaluskan kemudian diekstraksi dengan cara dipanaskan menggunakan soxhlet apparatus selama 7 jam dengan menggunakan pelarut toluena -etanol 21 sebanyak 300 ml Putera, 2012. Selanjutnya pengilangan hemiselulosa dengan cara mereaksikan sampel dengan larutan NaOH 17,5% selama 4 jam. ...... Dimana hal tersebut sesuai dengan SNI 0444-2009 mengenai cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma menggunakan NaOH 17,5% Indriyati et al., 2016. Dimana alfa selulosa merupakan selulosa berantai panjang yang tidak larut atau mengendap pada larutan NaOH 17,5% Putera, 2012. Sehingga berdasarkan metode ekstraksi yang digunakan pada tahap dehemiselulosa dapat disimpulkan bahwa hasil ekstraksi selulosa yang didapatkan adalah alfa selulosa. ...Yuszda K SalimiAlwi S. HasanDeasy N BotutiheEceng gondok adalah salah satu tumbuhan bahan serat alam yang memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Kadar selulosa yang tinggi dapat digunakan dalam pembuatan Karboksimetil Selulosa Sodium Na-CMC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik Karboksimetil Selulosa Sodium Na-CMC dari tanaman eceng gondok. dan mendapatkan variasi media reaksi terbaik dalam proses sintesis. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pertama ekstraksi selulosa yang terdiri dari dewaxing, dehemisellulose dan bleaching, tahap kedua yaitu tahap sintesis yang terdiri dari tahap pencampuran menggunakan media reaksi etanol-isobutanol 2080, 50 50, 8020. Tahap alkalisasi menggunakan NaOH 10% b / v, tahap karboksimetilasi menggunakan ClCH2COONa. Tahap ketiga adalah karakterisasi CMC yang terdiri dari uji organoleptik, sifat fisikokimia pH, susut pengeringan sampel, viskositas dan derajat substitusi, uji kadar NaCl, uji kemurnian, analisis FT-IR. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik CMC mendekati karakteristik standar Na-CMC dengan campuran media reaksi etanol-isobutanol 2080 v / v dengan nilai DS 0,8560, kemurnian 93,7463% level, pH 6,5 dan viskositas. 302 cP.... FTIR is an instrumentation used to characterize organic compounds by looking at the constituent functional groups [33]. At a certain angle, infrared light is directed at an optical solid crystal with a high refractive index. ...... Inside the device, the cellulose-KBr fibers are pressurized with a force of about ten tons. The pellets that have been formed are then inserted into the infrared spectrometer FTIR [33]. The system then generates an infrared spectrum. ...Natural polymeric flocculants have gained popularity in water and wastewater treatment in recent years due to their non-toxicity and biodegradability. Because of its broad availability, renewability, sustainability, and surface modification potential, cellulose is regarded as one of the foundation polymers for flocculant production and modification. The following literature review includes of an overview of coagulation-flocculation, which is the process mechanism consisting of colloid destabilization for coagulation, followed by bridging, charge neutralization, and electrostatic patch for flocculation; aspects affecting the coagulation-flocculation performance; as well as the types of coagulants and flocculants that are commonly used. Furthermore, we will go over the physical and chemical properties of flocculants, as well as their usage as a coagulant-aid in the flocculation process following coagulation and as a flocculant in direct flocculation. There is also a discussion of the most recent advances in biopolymers, which are natural materials used to alter biopolymers as flocculants such as chitosan, tannins, starch, and cellulose. Whereas there is a review of the cellulose modifications that have been performed in past research to make it a natural flocculant, the use of ramie cellulose as flocculants has never been carried out to be used as a coagulant-aid and/or flocculant in drinking water and wastewater treatment. Ramie cellulose as backbone of biomaterial composites are expected to be applied as flocculants, have good flocculation performance, and can facilitate sludge handling in water treatment plants and/or wastewater treatment plants.... Eceng gondok merupakan tanaman yang hidup mengapung di air Artati et. al., 2009;Putera, 2012, yaitu pada perairan yang dalam dan tenang Putera, 2012. Eceng gondok merupakan tumbuhan air tawar yang dikenal sebagai gulma yang dapat tumbuh dengan cepat Artati et. ...... Eceng gondok merupakan tanaman yang hidup mengapung di air Artati et. al., 2009;Putera, 2012, yaitu pada perairan yang dalam dan tenang Putera, 2012. Eceng gondok merupakan tumbuhan air tawar yang dikenal sebagai gulma yang dapat tumbuh dengan cepat Artati et. ...Water hyacinth root contains Giberilin which was expected to improve the viability performance of nagara cowpea. The aim of this research was to study the effect of water hyacinth root extract on the viability of nagara cowpea. The research was carry out in April - October 2020 at the Plant Physiology Laboratory, Faculty of Agriculture, Lambung Mangkurat University, Banjarbaru. This research was arranged in a single factor completely randomized design, namely the concentration of water hyacinth root extract control, 0%, and Observations were made on seed germination, viability potential, percentage of normal seedling at first observation, growth speed, uniformity of growth, root and plumule length of strong normal seedling, and dry weight of normal seedling.. If the treatment has a significant effect, then proceed with DMRT Duncan Multiple Range Test. The priming was better on all variables than the without priming, except for the root length. The priming treatment was the most efficient for seed germination, potential germination of seeds, and growth uniformity of seeds. The priming treatment was the most efficient for the germination percentage in first observation, seed growth speed, plumule length, and dry weight of normal seedling.... Pada spektrum FTIR dengan puncak serapan 911,10 cm, 899,53 cm, dan 899,53 cm menunjukkan adanya gugus C-O-C yang terindikasikan bahwa terdapat karakteristik penyerapan dari Ξ²-glycosidic. Ikatan ini adalah yang menghubungkan glukosa satu dengan yang lain Putera, 2012. Hasil FTIR dari ke tiga perlakuan di atas memiliki puncak serapan yang mirip, namun intensitas atau kelimpahannya berbeda tetapi tidak begitu signifikan. ... Netty Ino IschakDwi FazrianiDeasy N BotutihePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik selulosa dari limbah kulit kacang tanah yang meliputi kadar air, kadar abu, dan kadar selulosa serta mengetahui berapa daya adsorpsi optimum kulit kacang tanah terhadap ion logam besi berdasarkan variasi massa, pH, dan waktu kontak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kacang tanah. Tahap pembuatan selulosa dari kulit kacang tanah terdiri dari tahap dewaxing, delignifikasi dan bleaching. Karakterisasi selulosa menggunakan Instrument Fourier Transform Infrared FTIR. Aplikasi selulosa digunakan sebagai adsorben logam besi dengan menggunakan Atomic Absorption Spektrofotometri AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selulosa yang diperoleh memiliki kadar abu sebesar 5,01%, kadar air 2,7%, kadar selulosa 59,58%. Hasil optimum untuk variasi massa adalah 1 gram dengan konsentrasi besi yang teradsorpsi adalah 0,7467 mg/L, untuk hasil optimum pada variasi pH adalah pH 5 dengan konsentrasi besi yang teradsorpsi adalah 0,8502 mg/L, dan untuk variasi waktu kontak paling optimum adalah 90 menit dengan konsentrasi besi yang teradsorpsi adalah 0,5386 mg/L.... Generally, banana stems in the community are underutilized and thrown away as a waste Elizabeth, 2001. Meanwhile, water hyacinth is commonly found in waters and is considered as a weed Putera, 2012. ...Edy Agustian YazidAbdul WafiSiti MaryaningsihWaste cooking oil is cooking oil that has been used to fry food ingredients repeatedly. Cooking oil heated at high temperatures will be damaged to produce peroxide compounds that accelerate the process of developing a rancid odor, reducing the quality of the oil and the nutritional value of fried foods. The research was conducted by the spectrophotometric method using a wavelength of 200-300 nm. Based on the results of the study, the addition of g, g, g and g of banana midrib adsorbents obtained peroxide concentrations of and respectively. The addition of water hyacinth adsorbent successively obtained and The largest percentage decrease was found in the addition of banana midrib adsorbents, namely 38% and water hyacinth 30%. From the independent T-test statistical test, it was obtained that pCorn stalk has a high cellulose content, so that it is potential to be used as a composition for making alginate-carboxymethyl cellulose beads. Alginate and cellulose are biodegradable, renewable and non-meltable polymers that have wide applications in various industrial sectors. The purpose of this study was to determine the effect of crosslinking agent C4H6O4Zn on the adsorption and shape of beads. The varied concentrations of C4H6O4Zn are 3%; 5% and 10%. Characterization of alginate-carboxymethyl cellulose beads composites using Fourier Transform InfraRed FTIR, and Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray SEM-EDX. Based on research, the highest swelling value is obtained at 5% C4H6O4Zn crosslink which is FTIR data shows the appearance of wave numbers at 1413 cm-1 which indicates the presence of C-O Na groups, while at wave number 458 cm-1 indicates the presence of Zn-O groups. SEM-EDX data with a 5% C4H6O4Zn crosslink has a round shape with a wrinkled surface, multiple grooves causing a non-homogeneous surface. Whereas in C4H6O4Zn 10% the surface is almost smooth
agar tidak busuk maka serat eceng gondok harus melalui tahap